Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kultum tentang Keihlasan Beribadah, Khutbah terpendek 3 Menit

Berikut adalah transkrip khutbah pendek yang sangat pendek. Mungkin tidak sampai dinamai kultum atau kuliah tujuh menit, akan tetapi kultim (kuliah tiga meniot). Akan tetapi walaupun pendek durasinya namun tidak sedikit manfaat yang dipetik darinya Insya Allah.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokaatuh, alhamdulillah washolatu wasalamu ngala rosulillah, wa ‘ala alihi wa ashabihi wa man walah.
Hadirin sholat dhuhur yang semoga dimuliakan allah subhanahu wata’ala. alhamdulillah, di antara syarat yang allah tetapkan di dalam syariatnya, bagi seseorang yagn akan melakukan amalan atau tentang suatu amalan dalam agama ini yang pertama ialah ihlas karena allah SWT. Dimana yang namanya ihlas itu ialah seseorang beramal dalam rangka mengharapkan keridhoan Allah subhanahu wata’ala, mengharapkan di akhirat nanti bisa berjumpa dengan wajah allah SWT, itu semua dikarenakan diperintahkan oleh Allah, atau diperintahkan oleh rasulullah saw sebagai dorongan ia ihlas karena Allah subhanahu wata’ala.

Yang tentunya seseorangg dengan niat seperti ini, rasulullah saw, pernah ditanya oleh seseorang  yang beramal dengan suatu amalan ibadah yang dilakukannya dengan ihlas, kemudian di akhir ibadah yang ia lakukan dengan ihlas itu ia dipuji oleh manusia. atau seseorang yang memujinya ketika ia sudah beramal ihlas. Lalu orang tersebut bertanya pada rasulullah saw, ya rasulullah, saya sudah beramal ihlas karena allah, tetapi dipuji oleh manusia,apakah yang seperti ini riya? riya adalah syirik kecil. lalu rasulullah menjawab, “yang demikian adalah kebahagiaan / kabar gembira, yang disegerakan bagi seorang muslim”
seorang mu’min ketika beramal sholih ihlas karena Allah swt, terasa dihatinya lapang dan ada rasa senang. sehingga dengan pujian dari manusia ini ada rasa bahagia dengan keutamaan yang allah berikan tadi, dan ini bukan riya. karena ia ihlas beramal karena allah subhanahu wata’ala.
Berbeda dengan seseorang yang pada awal ia beramal, ia memang ingin dipuji. inilah riya. Lalu bagaimana cara menjaga yang demikian? tatkala seseorang itu senang dengan keutamaan yang allah berikan kepadanya. maka janganlah kemudian ada angan-angan dalam hatinya untuk kemudian mengharapkan pujian dari manusia.
Tetapi kalau memang sudah beramal dengan ihlas lalu adanya pujian dari orang maka hal tersebut tidak lah tercela. namun jangan sampai syaitan mengajak kepada perkara yang berlebihan, dengan mengharapkan pujian berikutnya syaitan meniupkan tiupannya yang membuat seseorang itu haus akan sanjung dan pujian.
Karena allah swt telah memerintahkan agar manusia agar ihlas beribadah hanya kepada allah seperti yang disebutkan dalam alqur’an surat al bayyinah
Al Bayyinah (98)
-Verse 5-
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاء وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Wama omiroo illa liyaAAbudoo Allaha mukhliseena lahu alddeena hunafaa wayuqeemoo alssalata wayutoo alzzakata wathalika deenu alqayyimati
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus [1596], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.


And they have been commanded no more than this: To worship Allah, offering Him sincere devotion, being true (in faith); to establish regular prayer; and to practise regular charity; and that is the Religion Right and Straight.