Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

tentang petungan jawa, perhitungan nasib: sri, lungguh, dunya, lara, lan pati.

Tentang perhitungan nasib: sri, lungguh, dunya, lara, lan pati.

sri itu dari bahasa sanskerta, artinya bercahaya.
lungguh artinya dalam bahasa jawa krama sama dengan duduk, maksudnya ialah simbol kedudukan.
dunya, yang dimaksudka ialah dunia, dan ini melambangkan harta.
lara artinya sama dengan sakit.
pati artinya ialah kematian.

Antah bagaimana dan asal usul rumus orang jawa dalam menghitung nasib. yang jelas saya percaya, tidak ada formula bikinan manusia yang tepat untuk mengetahuinya dengan pasti.

Kecuali yang terakhir yakni kematian yang memang pasti mendatangi semua orang. maka Hal ramalan lainnya itu sifatnya bathil adanya. Sebagaimana yang telah nabi muhammad sabdakan dalam salah satu hadisnya yang mulia, bahwa ramalan-ramalan itu syirik, dan suatu perbuatan dosa besar.
berikut adalah dalil-dalilnya
- Dari ‘Aisyah radhiallahu 'anha ia berkata: Beberapa orang bertanya kepada Rasulullah tentang dukun-dukun. Rasulullah berkata kepada mereka: “Mereka tidak (memiliki) kebenaran sedikitpun.” Mereka (para shahabat) berkata: “Terkadang para dukun itu menyampaikan sesuatu dan benar terjadi.” Rasulullah menjawab: “Kalimat yang mereka sampaikan itu datang dari Allah yang telah disambar (dicuri, red) oleh para jin, lalu para jin itu membisikkan ke telinga wali-walinya sebagaimana berkoteknya ayam dan mereka mencampurnya dengan seratus kedustaan.” (HR. Al-Bukhari no. 5429, 5859, 7122 dan Muslim no. 2228)

-Mu’awiyah ibnul Hakam As-Sulami radhiallahu 'anhu berkata: Aku berkata: “Wahai Rasulullah, saya baru masuk Islam yang datang dari sisi Allah, dan sesungguhnya di antara kami ada yang suka mendatangi para dukun.” Beliau bersabda: “Jangan kalian mendatangi para dukun.” Dia (Mu’awiyah ibnul Hakam) berkata: Aku berkata: “Di antara kami ada yang gemar melakukan tathayyur (percaya bahwa gerak-gerik burung memiliki pengaruh pada nasib seseorang).” Beliau berkata: “Demikian itu adalah sesuatu yang terlintas dalam dada mereka, maka janganlah menghalangi mereka dari aktivitas mereka (untuk berangkat -pen/yakni gerakan burung itu jangan menghalangi orang-orang tersebut untuk berbuat sesuatu -ed).” (HR. Muslim, no. 735)